Jumat, 25 April 2014


PERBANDINGAN EFEK BERPERILAKU NEGATIF TERHADAP AGAMA KATOLIK DENGAN KEPERCAYAAN ANIMISME DI MANGGARAI



                                               Oleh
 NAMA    : YOHANES ANGELINO MENGGOT
         NIM        : 13112023
         PRODI    : DESTINASI PARIWISATA





KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI
JURUSAN KEPARIWISATAAN
PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
2013





KATA PENGANTAR
Kalimat puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkat serta rahmat-Nya penulis boleh menyelesaikan paper ini dengan judul                     
 PERBANDINGAN EFEK BERPERILAKU NEGATIF TERHADAP AGAMA KATOLIK DENGAN KEPERCAYAAN ANIMISME DI MANGGARAI” dengan baik dan tepat waktu.

Penyusunan paper ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada penulis dalam rangka memenuhi standar nilai ketuntasan harian(tugas harian),dan tentunya merupakan hasil kerja keras penulis serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1.      Yang terhormat kepada : Drs.I Nyoman Wirtha selaku dosen mata kuliah Agama
2.      Rekan – rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini
3.      Semua pihak yang telah bersedia diwawancarai dalam pengumpulan data-data
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis, sehinggga,dengan sangat rendah hati penulis mengharapkan  kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan tugas ini. Harapan penulis semoga penulisan paper Agama ini dapat bermanfaat bagi  semua pembaca.



Kampial, September 2013



Penulis















HALAMAN JUDUL.................................................................................    1

KATA PENGANTAR................................................................................   2

DAFTAR ISI ...............................................................................................  3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4

A.    Latar Belakang  Masalah............................................................. 4
            B.  Rumusan Masalah........................................................................ 4
C.     Tujuan Penulisan ........................................................................  4
D.    Manfaat Tulisan .........................................................................  4
E. Metode Penulisan........................................................................   5
F. Tinjauan Pustaka................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................            6
            A. Agama Katolik di Manggarai
           B. Kepercayaan Animisme di Manggarai....................................... 7
            C. Efek berperilaku negatif terhadapa agama katolik di Manggarai..  8
            D. Efek berperilaku negatif terhadap kepercayaan
                 Animisme di Manggarai......................................................... 8
E.     Perbandingan efek berperilaku negatif dalam beragama
Katolik dan berkepercayaan animisme..................................... 8

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 10

            A. Kesimpulan ...............................................................................    10
            B. Saran ..........................................................................................   11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 12
                                                               








           BAB I
                              PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
 Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku,ras,budaya,serta agama yang berbeda. Tentu saja,keanekaragaman ini telah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Di Indonesia,kita telah mengenal lima agama besar yang telah diakui keberadaanya,seperti islam,Kristen katolik,Kristen protestan,Hindu,dan Buddha. Masyarakat Indonesia juga memiliki banyak kepercayaan,seperti animisme,totemisme,dinamisme,dan lain-lain yang tentu juga menjadi kepribadian suatu daerah pemilik kepercayaan itu. Seperti yang ada di daerah Manggarai,Flores,NTT,yang memiliki kepercayaan terhadap nenek moyang atau animisme. Kepercayaan ini telah diwariskan oleh nenek moyang sebagai wujud budaya atau adat istiadat yang harus dijalankan oleh generasi-generasi penerus. Agama dan kepercayaan di Manggarai sudah tentu memiliki tujuan yang sama,yaitu menyembah MORI JARI DEDEK atau TUHAN ALLAH. Namun, ada perbedaan yang mencolok dari segi aktivitas yang dilakukan. Dalam sebuah kepercayaan,kita sering melakukan suatu ritual yang sangat sakral dan kadang menakutkan karena harus berhadapan langsung dengan roh-roh nenek moyang yang tak kelihatan(invisible) namun,akan sangat terasa kehadiran mereka. Sehingga efek yang ditimbulkan akan sangat berbeda jika kita berperilaku positif seperti kita selalu menjalankan upacara itu,dengan berperilaku negatif seperti mengabaikan upacara-upacara tersebut. Efek ini pula yang akan menjadi tolak ukur efektifnya keberadaan sebuah agama dan sebuah kepercayaan di Manggarai.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa agama dan kepercayaan yang ada di Manggarai ?
2.      Apa saja perilaku negatif terhadap agama dan kepercayaan yang akan menimbulkan petaka bagi yang melakukan ?
3.      Seperti apa efek yang akan ditimbulkan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap agama dan kepercayaan di Manggarai ?
4.      Bagaimana perbandingan efek yang ditimbulkan jika berperilaku negatif terhadap agama dengan kepercayaan ?


C.    Tujuan penulisan
Tujuan penulisan paper ini tentu mengacu pada masalah yang telah dirumuskan,dimana kita akan mengetahui apa agama serta kepercayaan yang ada di Manggarai,serta bagaimana perilaku positif dan negatif terhadap agama dan kepercayaan. Lalu seperti apa efek yang akan ditimbulkan terhadap pelaku secara langsung maupun tidak langsung. Dan kemudian akan dibandingkan efek-efek tersebut sebagai tolak ukur keefektifan adanya suatu agama dan suatu kepercayaan di Manggarai.




D.    Manfaat penulisan
Penulisan paper ini tentu di memiliki manfaat teroritis dan praktis bagi para pembaca. Secara teoritis,penulisan paper ini akan memberikan ilmu pengetahuan  menyangkut agama dan kepercayaan di Manggarai. Secara  praktis,akan memberikan manfaat kepada banyak pihak,seperti  orang tua, para pengajar,maupun  para mahasiswa yang menjadi generasi penerus.
1.     Bagi para orang tua
Orang tua harus memiliki kesadaran bahwa agama serta kepercayaan di Manggarai bukanlah sesuatu yang dapat diabaikan,khususnya orang Manggarai. Orang tua harus memiliki kesadaran agar selalu menanamkan hal-hal positif terhadap anaknya agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2.      Bagi para pengajar
Semua lembaga pendidikan tentu telah memasukan agama sebagai ilmu yang harus dipelajari,dan kepercayaan yang disebut Muatan Lokal(MULOK) juga sebagai pelajaran yang harus dipelajari,oleh karena itu,para pengajar diharapkan harus memberikan pelajaran-pelajaran ini dengan maksimal demi terwujudnya masyarakat yang beragama dan berbudaya yang baik.
3.      Bagi para pelajar
Kita sebagai pelajar lebih tepatnya sebagai generasi penerus tentu harus dapat menaati ajaran agama dan kepercayaan sebagai warisan yang suci dari para nenek moyang sebagai perwujudan iman dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.





E.     Metode penulisan
 Dengan menggunakan metode studi perpustakaan serta wawancara langsung kepada tokoh-tokoh adat di Manggarai melalui alat komunikasi sebagai  teknik pengumpulan data primer.

F.      Tinjauan pustaka

1.      Pengertian agama
Agama  menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia  adalah  sistem  yang  mengatur  tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa,Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.

2.      Pengertian kepercayaan
 Kepercayaan secara umumnya bermaksud akuan akan benarnya terhadap sesuatu perkara. Biasanya, seseorang yang menaruh kepercayaan ke atas sesuatu pekara itu akan disertai oleh perasaan 'pasti' atau kepastian terhadap pekara yang berkenaan.
Kepercayaan dalam konteks psikologi adalah bermaksud suatu keadaan jiwa yang berkaitan dengan sikap berkedudukan-memihak (propositional attitude). Manakala dalam konteks agama pula, kepercayaan adalah sebahagian daripada batu asas pembangunan moral. Dalam konteks ini, kepercayaan dikenali sebagai Akidah ataupun Iman.
Adapun kepercayaan itu dikatakan berkaitan dengan sikap berkedudukan-memihak, kerana ia sentiasanya melibatkan penekanan, penuntutan, dan jangkaan daripada seorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran yang dituntut itu mungkin sahih, dan mungkin palsu secara objektif, tetapi bagi individu yang berkenaan ia adalah sahih.

3.      Pengertian kata “Efek”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata efek memiliki arti sebagai 2. 1 akibat; pengaruh: - 2 kesan yg timbul pd pikiran penonton, pendengar, pembaca, dsb (sesudah mendengar atau melihat sesuatu). Sehingga dapat kita simpulkan bahwa efek merupak pengaruh atau akibat yang timbul akibat kita melakukan sesuatu atau mendengar sesuatu.
 Dalam pembahasan ini efek yang ditimbulkan akan dibagi menjadi 2 yaitu : efek secara langsung dan efek secara tidak langsung,karena akan langsung berhubungan dengan fisik manusia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Agama Katolik di Manggarai
 Manggarai   merupakan   bagian   dari   provinsi   Nusa Tenggara Timur,yang terletak di Pulau Flores  bagian  barat  dengan  luas  continental  1,686.66 km2  dengan   jumlah  populasi 292,037 jiwa ( sensus penduduk 2010). Manggarai terbagi atas 3 kabupaten,yaitu kabupaten Manggarai,kabupaten Manggarai barat,dan kabupaten Manggarai timur. Penduduk Manggarai bermayoritas agama Kristen Katolik. Beberapa persen saja yang beragama lain,dan kebanyakan sebagai pendatang di Manggarai. Tanggal 23 oktober 2012 lalu,gereja katolik Manggarai merayakan YUBILEUM 100 TAHUN GEREJA KATOLIK MANGGARAI,yang dihadiri oleh Bapak Presiden RI dan ibu,serta beberapa menteri negara sebagai bentuk apresiasi negara terhadap perkembangan gereja katolik Indonesia,khususnya di Manggarai. Saat itu,Uskup Ruteng mengungkapkan bahwa 90% penduduk manggarai beragama katolik.
          Tentunya,ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Manggarai yang mengalami perkembangan sangat pesat. Perilaku atau kebiasaan orang Manggarai dalam menjalani kehidupan beragama tidak berbeda jauh dengan agama katolik lain,seperti menjalani 7 sakramen,yaitu pembaptisan,pertobatan,sakramen komuni suci,krisma,perkawinan,imamat,dan sakramen pengurapan orang sakit. Ketujuh sakramen ini memiliki makna yang sangat besar dalam agam Katolik,yaitu :

·         Sakramen permandian,bermakna disahkan seseorang itu sebagai orang katolik melalui upacara pembasuhan.
·         Sakramen tobat,bermakna permohonan ampun atas segala dosa yang diperbuat seseorang,baik dosa asal maupun dosa pribadi.
·         Sakramen komuni suci,bermakna seseorang telah siap untuk menerima tubuh dan darah Kristus(komuni) sebagai orang katolik sejati. Di Manggarai,sakramen ini sering dijadikan sebuah acara bersama(pesta) sebagai bentuk apresiasi masyarakat kepada seorang anak karena telah dinyatakan sudah bisa menerima tubuh dan darah Kristus,namun,ini sempat menimbulkan pro dan kontra di antara kalangan masyarakat dengan keuskupan.
·         Sakramen krisma,bermakna seseorang telah diberikan Roh kudus oleh Tuhan,sebagai tanda siapnya seorang katolik menjalani ajaran-ajaran Kristus dan menerapkanya dalam kehidupanya sehari-hari dengan bantuan Roh Kudus itu sendiri.
·         Sakramen perkawinan,bermakna bersatunya seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami istri yang sah dihadapan Tuhan,dan siap menjalani rumah tangga mereka dalam nama Tuhan.
·         Sakramen Imamat,bermakna diutusnya seseorang sebagai seorang pengabdi yang penuh kepada Tuhan tanpa membawa hal-hal yang sifatnya duniawi,dalam hal ini,melepaskan diri dari keluarga,siap kemana saja tanpa memikirkan kehidupan keluarganya,dan siap tidak berumah tangga. Sakramen ini hanya diberikan pada seseorang yang ingin menjadi imam atau Romo.
·         Sakramen pengurapan orang sakit.bermakna diurapnya seseorang yang sedang sakit keras atau telah sekarat sebagai tanda siapnya dia menghadap sang Tuhan.

Ketujuh sakramen diatas dapat dikatakan sebagai syarat seseorang menjadi seorang katolik. Di Manggarai,ketujuh sakramen ini wajib dilaksanakan oleh semua orang katolik,sehingga ada beberapa sakramen yang harus disertai dengan surat keterangan sebagai tanda bukti ia telah menjalani sakramen permandian,yaitu permandian,komuni suci,krisma,dan perkawinan. Tak jarang pula diadakan pesta besar yang disebut sebagai budaya oleh masyarakat Manggarai. Maka,tidak heran,kalau setelah komuni suci,terdapat banyak pesta. Inilah perilaku yang lazim dilakukan oleh orang Manggarai dalam menjalani Agamanya sebagai tanda persatuan antar umat katolik di Manggarai.

B.     Kepercayaan Animisme di Manggarai
Selain beragama katolik,masyarakat Manggarai memiliki kepercayaan yaitu menyembah kepada roh-roh nenek moyang dan mempercayai bahwa setiap benda memiliki roh. Jauh sebelum masuknya agama katolik di Manggarai,kepercayaan ini telah ada dari zaman nenek moyang sehingga kepercayaan ini merupakan suatu akar yang sangat kuat di dalam masyarakat Manggarai. Banyak sekali perilaku yang dilakukan masyarakat Manggarai dalam menjalani kepercayaan ini,seperti memberikan makan kepada nenek moyang melalui seekor ayam kampung sebagai lambang sang nenek moyang,juga upacara-upacara yang sangat sacral yang tentu harus dijalani setiap orang Manggarai. Tak heran juga jika di Manggarai ditemukan susunan batu yang berbentuk bulat yang mengelilingi sebuah batu lempeng sebagai mesbah persembahan yang disebut dengan compang. Compang ini sering dijumpai di halaman rumah adat atau disebut mbaru gendang dan halaman rumah disebut dengan natas. Setiap tahunnya,pasti diadakan acara penti sebagai wujud rasa syukur kepada mori jari dedek atau Tuhan Allah. Tentu dari sini,dapat disimpulkan bahwa agama dan kepercayaan di Manggarai memiliki tujuan yang sama,yaitu menyembah kepada satu Tuhan. Namun,memiliki perbedaan dari segi perilakunya,sehingga efek yang ditimbulkan akan sangat berbeda.

.

C.    Efek berperilaku negatif terhadap agama Katolik di Manggarai
Kehidupan  beragama  dalam  kehidupan manusia merupakan suatu aspek yang tidak bisa ditawar dalam menjalankan hidupnya. Tentu semua orang menginginkan sebuah keselamatan dan itu dapat ditemukan dalam hidup beragama. Demikian pula yang dilakukan masyarakat Manggarai pada umumnya,memiliki kebiasaan hidup beragama yang cukup baik,namun ada sebagian orang tidak  menjalani agamanya dengan baik. Dapat diistilahkan dengan” Katolik KTP”yaitu menjadikan agama hanya sebuah status. Inilah yang disebut dengan perilaku negatif dalam beragama.
Tentunya,agama memiliki hubungan dengan kerohanian seseorang,sehingga jika ia melakukan sesuatu yang melanggar ajaran agamanya,pasti akan mengalami sesuatu yang tidak biasa pada jiwanya,seperti ketidaktenangan batin,merasakan beban yang berat sehingga sering menimbulkan stress yang berlebihan,juga terkadang karena kurangnya iman,ada orang yang mengalami halusinasi yang menyebabkan dia seperti orang gila. Sebaliknya,banyak juga yang berperilaku positif seperti menjalani rutinitas sebagai umat katolik dengan baik,dan efeknya yaitu mengalami ketenangan batin yang baik dan mendapatkan banyak rezeki. Tentunya,efek-efek ini telah dialami oleh sebagian umat katolik Manggarai,didukung oleh fakta-fakta yang ditemukan penulis sendiri serta wawancara telekomunikatif dengan orang-orang yang berpengalaman. Sehingga, dapat disimpulkan,bahwa efek-efek berperilaku dalam beragama katolik di Manggarai tersebut sebagian besar tidak langsung berpengaruh pada keadaan fisik,namun,akan sangat dirasakan pada keadaan rohaniah si pelaku.

D.    Efek beperilaku negatif terhadap kepercayaan animisme di Manggarai

Walaupun beragama Katolik,masyarakat Manggarai masih memiliki kepercayaan yang mengakar kuat dalam kebudayaan masyarakat Manggarai. Kepercayaan ini adalah Animisme yaitu menyembah kepada roh-roh dan mempercayai bahwa semua benda memiliki roh sehingga harus dihormati.
           Jauh sebelum agama Katolik muncul di Manggarai,kepercayaan animisme telah lebih dulu menjadi agama yang dijalankan orang Manggarai bahkan hingga sekarang. Kepercayaan ini merupakan sebuah warisan yang sangat sacral dari para nenek moyang sebagai warisan budaya daerah yang besar sekali nilainya. Tentu dalam kepercayaan ini banyak sekali perilaku yang harus dijalankan oleh setiap orang Manggarai.
           Upacara-upacara yang begitu sacral,tentunya sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Manggarai,bahkan memiliki filsafat tingkat kehidupan seorang manusia yang disebut lampek lima,yaitu mbaru bate kaeng ( rumah tempat kita dilahirkan),natas bate labar     ( tempat kita memulai kehidupan social ),wae bate teku ( dimana seseorang wajib membantu orang tuanya dan sudah siap menimba ilmu ),uma bate duat ( dimana mulai bekerja untuk bertahan hidup ),boa ( kuburan,seseorang telah menghembuskan nafas terakhirnya ).  
Lima tahap prosesi hidup seorang manusia sejak lahir hingga mati  inilah yang disebut sebagai lima lampek. Dalam perjalanannya, terdapat sumpah lampek telu, lampet pat, dan seterusnya. Sumpah yang diberikan kepada seseorang yang melanggar adat atau meyakini orangtua oleh karena ulah anak-anaknya justru akan nampak pada saat kritis. Saat kritis ini dimaksudkan karena pelanggaran seseorang ada batasnya. Pelanggaran tahap pertama, diampuni. Pelanggaran tahap kedua, diberi teguran berupa denda dan akhirnya orangtua mengampuni kesalahan anaknya. Pelanggaran ketiga, berarti seseorang telah melanggar lampek telu atau tiga tingkat kesalahan. Pada tahap ini seorang pelanggar diberi tanda khusus dalam ritus adat. Tujuannya supaya jangan sampai melanggar yang keempat kalinya pada hal yang sama. Apabila seseorang melanggar lagi, maka lahirlah sumpah adat. E…. anak. Lampek pat de hau ite e. kalau sudah ada pernyataan tersebut berarti akibatnya ialah ketek manuk miteng (potong ayam hitam). Akibat dari pernyataan sumpah ini, manusia yang melanggar adat itu pasti mati.
Kematian merupakan sebuah fenomena yang menakutkan bagi semua orang. Sehingga pada umumnya kesaksian itu membuat orang Manggarai takut terhadap adat dan segala ritusnya. Perang tanding merupakan salah satu bentuk sumpah adat orang Manggarai yang masih nampak oleh generasi muda zaman ini. Kebenaran akan teruji disana saat seseorang akan melakukan perang tanding seperti yang terjadi di sebuah desa beberapa tahun lalu,di desa Cireng,kecamatan Ruteng,Kabupaten Manggarai. Kebanyakan perang tanding itu disebabkan oleh perebutan tanah warisan antara adik kakak,sehingga setiap orang berpersepsi bahwa dia mati terhormat demi tanah warisannya. Dan  dia pun telah sampai pada lampek yang kelima yaitu BOA atau kematian. Jadi, akar budaya orang Manggarai sebenarnya ialah Lima Lampek.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efek-efek berperilaku negatif dan berperilaku positif dalam budaya Manggarai akan langsung bepengaruh pada keadaan fisik,tidak pada keadaan rohaniah seseorang,sehinggga kepercayaan orang Manggarai tentu sangat penting dijalankan oleh setiap orang Manggarai.


E.     perbandingan efek berperilaku negatif dalam beragama katolik atau berkepercayaan animisme

Agama katolik dan kepercayaan Animisme orang Manggarai tentu memiliki kesamaan tujuan yaitu menyembah dan percaya kepada satu Tuhan,namun terdapat banyak perbedaan dari segi berperilaku serta efek yang ditimbulkan baik positif,maupun negatif. Dapat dikatakan bahwa secara keagamaan,permohonan seseorang dapat langsung disampaikan kepada Tuhan melalui kontak batin antara sang pencipta dengan sang pemohon melalui ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri. Sedangkan secara berkepercayaan,orang memohon kepada Tuhan,lewat perantaran roh para nenek moyang,sehingga banyak sekali upacara-upacara sacral yang dijalankan.
Dari perilaku penyembahan yang berbeda,maka berbeda pula efek yang ditimbulkan jika dia melakukan yang benar maupun yang salah. Tentunya,efek dalam beperilaku positif antara agama dan kepercayaan tersebut memiliki sedikit kesamaan yaitu memperoleh banyak rezeki,kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari,serta perlindungan dari Tuhan. Namun,efek positif dalam kepercayaan sering dirasakan lebih konkrit bila dibandingkan dengan efek positif dalam beragama. Sedangkan,efek negatif dalam beragama katolik dan berkepercayaan animisme dapat dilihat dari keadaan rohaniah dan keadaan jasmaniah.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa Masyarakat Manggarai memiliki agama,yaitu agama Katolik,dan sebuah kepercayaan kuno,yaitu Animisme. 90% masyarakat Manggarai memeluk agama Kristen Katolik sehingga Manggarai dapat disebut sebagai “serambi vatikan”. Masyarakat Manggarai memiliki perilaku keagamaan yang sama persis dengan perilaku keagamaan Katolik lainya,namun terdapat sedikit perbedaan yang dipengaruhi oleh budaya setempat. Masyarakat Manggarai menjalani perilaku keagamaan seperti menjalankan ketujuh sakramen dengan baik dan menjalankan kehidupan beragama dengan cukup baik pula.
Kepercayaan animisme di Manggarai telah ada jauh sebelum masuknya agama katolik dari zaman kerajaan-kerajaan terdahulu di Manggarai. Banyak sekali perilaku-perilaku yang harus dilakukan seperti menjalankan upacara-upacara persembahan kepada nenek moyang sebagai bentuk penghormatan kepada Mori Jari Dedek(Tuhan Allah). Jadi,tujuan agama dan tujuan kepercayaan itu sama,yaitu menyembah Satu Tuhan. Namun,perilaku-perilaku yang dijalankan berbeda pula. Perbedaan perilaku ini pula yang menyebabkan efek atau pengaruh dalam berperilaku positif dan berperilaku negatif berbeda. Dalam beragama Katolik,dituntut untuk menjalankan agamanya dengan kekuatan batin yang kuat dalam berhubungan langsung dengan Tuhan. Sehingga,jika melakukan sesuatu yang menyimpang,maka efek yang berpengaruh akan terjadi dalam keadaan batin seseorang.
Dalam menjalankan kepercayaan atau adat,seseorang dituntut untuk wajib menjalankan upacara-upacara penyembahan kepada para nenek moyang yang dikatakan sebagai juru bicara keluarga kepada Tuhan. Jika melakukan sesuatu yang menyimpang,tentu akan langsung berpengaruh pada kehidupan sehari-hari atau bahkan langsung pada keadaan fisik. Tentu ini sangat menakutkan bagi setiap orang Manggarai sehingga,para tokoh-tokoh masyarakat,tidak jarang memberikan himbauan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Tentunya,perbandingan efek negatif perilaku agama Katolik maupun kepercayaan Animisme di Manggarai,dapat dilihat dari keadaan batin dan fisik seseorang. Dalam kehidupan orang Manggarai,kenyataan yang lebih menonjol terjadi yaitu efek terhadap perilaku berkepercayaan. Ini sangat ditakuti oleh orang Manggarai,karena tak sedikit orang meninggal karena gejala aneh,yang disebut-sebut sebagai efek yang ditimbulkan karena tidak menjalankan upacara penyembahan,ada pula yang sakit keras,namun setelah dihimbau untuk menjalankan suatu upacara seperti melepaskan sifat buruk terhadap budaya atau kepercayaan,dapat hidup normal kembali setelahnya. Ini membuktikan kuatnya kekuatan roh para nenek moyang dalam berhubungan dengan Tuhan. Namun,tentunya,semua itu tidak akan terjadi jika seseorang taat dalam menjalankan perilaku beragama maupun berkepercayaan. Hubungan antara agama dan kepercayaan di Manggarai dapat dikatakan cukup harmonis,namun,tak jarang terjadi konflik antara gereja dan para ketua adat,akibat perbedaan anggapan,seperti pernikahan antara anak perempuan kakak dengan anak laki-laki adik perempuan dalam satu garis keturunan. Hal ini dianggap legal oleh adat,namun tidak oleh gereja. Masalah ini belum menemukan titik terangnya hingga sekarang. Tetapi,terlepas dari masalah itu orang Manggarai tetap menjalankan keduanya dengan baik





B.     Saran
Dalam kehidupan manusia,sangat pasti seseorang ingin mencari keselamatan maupun kenyamanan dalam hidupnya. Inilah tujuan seseorang beragama maupun berkepercayaan. Tentunya dalam dua hal ini banyak perilaku-perilaku yang wajib dijalankan seseorang untuk mencapai tujuannya dalam mencapai kehidupan yang damai,namun,memiliki konsekuensi yang serius jika tidak melakukan perilaku-perilaku tersebut.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,disarankan,khususnya orang Manggarai untuk menjalankan perilaku-perilaku dalam beragama maupun berkepercayaan sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kepada Tuhan atau para nenek moyang. Seperti ke gereja setiap hari minggu,tekun berdoa kepada Tuhan. Dalam berkepercayaan,melakukan ritual pemotongan ayam atau pande manuk sebagai rasa syukur terima kasih atas kebahagiaan atau rezeki yang telah didapatkan.
Disarankan pula kepada para orang tua agar tidak lupa untuk mengajarkan semua nilai budaya maupun agam kepada anaknya sebagai generasi penerus keluarga agar kebudayaan itu tidak mati,terutama agar si anak tidak mengalami sesuatu yang tidak diinginkan akibat tidak melakukan kegiatan agama maupun kepercayaan. Agar dapat lebih memahami,kita dapat langsung mengunjung rumah kerucut adat Manggarai yang masih asri berbau animisme di Wae rebo,kecamatan Satarmese,Kabupaten Manggarai.



Gambar gereja katedral Manggarai di Kota Ruteng,Kab.Manggarai dan rumah adat Manggarai di Wae Rebo,kec.Satarmese,Kab.Manggarai.



                       DAFTAR PUSTAKA

Dagur, Antony Bagul. Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu Khasanah
Kebudayaan Nasional. Surabaya: Ubhara Press, 1997.

Hemo, Doroteus. Sejarah Daerah Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Ruteng:--
-,1988.
Kusumohamidjojo, Budiono. Filsafat Kebudayaan; Proses Realisasi Manusia. Bandung:
Jalasutra, 2009.

Sudhiarsa, Raimundus I Made. Diktat Antropologi Dan Konstruksi Kebudayaan Nasional
Indonesia. Malang: STFT Widya Sasana Malang, 2007.

Verheijen, Jilis A. J., Manggarai dan Wujud Tertinggi. Jakarta: LIPI-RUL, 1991.
Todda, Dami Nggoro. Kebudayaan Manggarai selayang pandang, nusa indah maumere: 2007
: