PERBANDINGAN
EFEK BERPERILAKU NEGATIF TERHADAP AGAMA KATOLIK DENGAN KEPERCAYAAN ANIMISME DI
MANGGARAI
Oleh
NAMA
: YOHANES ANGELINO MENGGOT
NIM : 13112023
PRODI : DESTINASI PARIWISATA
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI
JURUSAN KEPARIWISATAAN
PROGRAM STUDI DESTINASI PARIWISATA
2013
KATA PENGANTAR
Kalimat
puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan berkat serta rahmat-Nya penulis boleh menyelesaikan paper ini
dengan judul
“PERBANDINGAN EFEK BERPERILAKU NEGATIF TERHADAP AGAMA KATOLIK DENGAN
KEPERCAYAAN ANIMISME DI MANGGARAI” dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan
paper ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada penulis dalam rangka
memenuhi standar nilai ketuntasan harian(tugas harian),dan tentunya merupakan
hasil kerja keras penulis serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya bila melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1.
Yang
terhormat kepada : Drs.I Nyoman Wirtha selaku dosen mata kuliah Agama
2.
Rekan
– rekan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini
3.
Semua
pihak yang telah bersedia diwawancarai dalam pengumpulan data-data
Mengingat
keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis, sehinggga,dengan sangat rendah
hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan tugas ini. Harapan penulis
semoga penulisan paper Agama ini dapat bermanfaat
bagi semua pembaca.
Kampial, September 2013
Penulis
HALAMAN JUDUL................................................................................. 1
KATA
PENGANTAR................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................... 4
A. Latar
Belakang
Masalah............................................................. 4
B.
Rumusan
Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan
Penulisan
........................................................................ 4
D. Manfaat Tulisan
......................................................................... 4
E. Metode
Penulisan........................................................................ 5
F. Tinjauan
Pustaka................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
............................................................................. 6
A. Agama Katolik di Manggarai
B. Kepercayaan Animisme di
Manggarai....................................... 7
C. Efek berperilaku negatif
terhadapa agama katolik di Manggarai.. 8
D. Efek berperilaku negatif terhadap
kepercayaan
Animisme di
Manggarai......................................................... 8
E. Perbandingan
efek berperilaku negatif dalam beragama
Katolik dan berkepercayaan animisme.....................................
8
BAB III KESIMPULAN
DAN SARAN .................................................... 10
A. Kesimpulan
............................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
masalah
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari
berbagai suku,ras,budaya,serta agama yang berbeda. Tentu saja,keanekaragaman
ini telah menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Di
Indonesia,kita telah mengenal lima agama besar yang telah diakui
keberadaanya,seperti islam,Kristen katolik,Kristen protestan,Hindu,dan Buddha.
Masyarakat Indonesia juga memiliki banyak kepercayaan,seperti
animisme,totemisme,dinamisme,dan lain-lain yang tentu juga menjadi kepribadian
suatu daerah pemilik kepercayaan itu. Seperti yang ada di daerah
Manggarai,Flores,NTT,yang memiliki kepercayaan terhadap nenek moyang atau
animisme. Kepercayaan ini telah diwariskan oleh nenek moyang sebagai wujud
budaya atau adat istiadat yang harus dijalankan oleh generasi-generasi penerus.
Agama dan kepercayaan di Manggarai sudah tentu memiliki tujuan yang sama,yaitu
menyembah MORI JARI DEDEK atau TUHAN ALLAH. Namun, ada perbedaan yang mencolok
dari segi aktivitas yang dilakukan. Dalam sebuah kepercayaan,kita sering
melakukan suatu ritual yang sangat sakral dan kadang menakutkan karena harus
berhadapan langsung dengan roh-roh nenek moyang yang tak kelihatan(invisible)
namun,akan sangat terasa kehadiran mereka. Sehingga efek yang ditimbulkan akan
sangat berbeda jika kita berperilaku positif seperti kita selalu menjalankan
upacara itu,dengan berperilaku negatif seperti mengabaikan upacara-upacara
tersebut. Efek ini pula yang akan menjadi tolak ukur efektifnya keberadaan
sebuah agama dan sebuah kepercayaan di Manggarai.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
agama dan kepercayaan yang ada di Manggarai ?
2.
Apa
saja perilaku negatif terhadap agama dan kepercayaan yang akan menimbulkan
petaka bagi yang melakukan ?
3.
Seperti
apa efek yang akan ditimbulkan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap agama dan kepercayaan di Manggarai ?
4.
Bagaimana
perbandingan efek yang ditimbulkan jika berperilaku negatif terhadap agama
dengan kepercayaan ?
C.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan paper ini tentu mengacu pada masalah yang
telah dirumuskan,dimana kita akan mengetahui apa agama serta kepercayaan yang
ada di Manggarai,serta bagaimana perilaku positif dan negatif terhadap agama
dan kepercayaan. Lalu seperti apa efek yang akan ditimbulkan terhadap pelaku
secara langsung maupun tidak langsung. Dan kemudian akan dibandingkan efek-efek
tersebut sebagai tolak ukur keefektifan adanya suatu agama dan suatu
kepercayaan di Manggarai.
D.
Manfaat
penulisan
Penulisan paper ini tentu di memiliki manfaat teroritis dan
praktis bagi para pembaca. Secara teoritis,penulisan paper ini akan memberikan
ilmu pengetahuan menyangkut agama dan
kepercayaan di Manggarai. Secara
praktis,akan memberikan manfaat kepada banyak pihak,seperti orang tua, para pengajar,maupun para mahasiswa yang menjadi generasi penerus.
1. Bagi para orang tua
Orang tua harus
memiliki kesadaran bahwa agama serta kepercayaan di Manggarai bukanlah sesuatu
yang dapat diabaikan,khususnya orang Manggarai. Orang tua harus memiliki
kesadaran agar selalu menanamkan hal-hal positif terhadap anaknya agar
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2.
Bagi
para pengajar
Semua lembaga pendidikan tentu telah
memasukan agama sebagai ilmu yang harus dipelajari,dan kepercayaan yang disebut
Muatan Lokal(MULOK) juga sebagai pelajaran yang harus dipelajari,oleh karena
itu,para pengajar diharapkan harus memberikan pelajaran-pelajaran ini dengan
maksimal demi terwujudnya masyarakat yang beragama dan berbudaya yang baik.
3.
Bagi
para pelajar
Kita sebagai pelajar lebih tepatnya
sebagai generasi penerus tentu harus dapat menaati ajaran agama dan kepercayaan
sebagai warisan yang suci dari para nenek moyang sebagai perwujudan iman dan
ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
E.
Metode penulisan
Dengan menggunakan
metode studi perpustakaan serta wawancara langsung kepada tokoh-tokoh adat di
Manggarai melalui alat komunikasi sebagai teknik pengumpulan data primer.
F.
Tinjauan pustaka
1.
Pengertian
agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata
"agama" berasal dari bahasa
Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa
agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama
semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa,Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya.
2.
Pengertian kepercayaan
Kepercayaan secara umumnya
bermaksud akuan akan benarnya terhadap sesuatu perkara. Biasanya, seseorang
yang menaruh kepercayaan ke atas sesuatu pekara itu akan disertai oleh perasaan
'pasti' atau kepastian terhadap pekara yang berkenaan.
Kepercayaan dalam
konteks psikologi adalah bermaksud suatu keadaan jiwa yang berkaitan
dengan sikap berkedudukan-memihak (propositional attitude).
Manakala dalam konteks agama pula, kepercayaan adalah sebahagian daripada batu
asas pembangunan moral. Dalam konteks ini, kepercayaan dikenali sebagai Akidah
ataupun Iman.
Adapun kepercayaan itu dikatakan berkaitan dengan sikap
berkedudukan-memihak, kerana ia sentiasanya melibatkan penekanan, penuntutan,
dan jangkaan daripada seorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Kebenaran
yang dituntut itu mungkin sahih, dan mungkin palsu secara objektif, tetapi bagi
individu yang berkenaan ia adalah sahih.
3.
Pengertian kata “Efek”
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata efek memiliki arti sebagai 2. 1 akibat; pengaruh: - 2 kesan yg
timbul pd pikiran penonton, pendengar, pembaca, dsb (sesudah mendengar atau
melihat sesuatu). Sehingga dapat kita simpulkan bahwa efek merupak pengaruh
atau akibat yang timbul akibat kita melakukan sesuatu atau mendengar sesuatu.
Dalam pembahasan ini efek yang ditimbulkan
akan dibagi menjadi 2 yaitu : efek secara langsung dan efek secara tidak
langsung,karena akan langsung berhubungan dengan fisik manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Agama Katolik di
Manggarai
Manggarai
merupakan bagian dari provinsi
Nusa Tenggara Timur,yang terletak
di Pulau Flores bagian barat dengan
luas continental 1,686.66 km2 dengan jumlah populasi 292,037 jiwa ( sensus penduduk 2010).
Manggarai terbagi atas 3 kabupaten,yaitu kabupaten Manggarai,kabupaten Manggarai
barat,dan kabupaten Manggarai timur. Penduduk Manggarai bermayoritas agama
Kristen Katolik. Beberapa persen saja yang beragama lain,dan kebanyakan sebagai
pendatang di Manggarai. Tanggal 23 oktober 2012 lalu,gereja katolik Manggarai
merayakan YUBILEUM 100 TAHUN GEREJA KATOLIK MANGGARAI,yang dihadiri oleh Bapak
Presiden RI dan ibu,serta beberapa menteri negara sebagai bentuk apresiasi
negara terhadap perkembangan gereja katolik Indonesia,khususnya di Manggarai.
Saat itu,Uskup Ruteng mengungkapkan bahwa 90% penduduk manggarai beragama
katolik.
Tentunya,ini
menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Manggarai yang mengalami
perkembangan sangat pesat. Perilaku atau kebiasaan orang Manggarai dalam
menjalani kehidupan beragama tidak berbeda jauh dengan agama katolik
lain,seperti menjalani 7 sakramen,yaitu pembaptisan,pertobatan,sakramen komuni
suci,krisma,perkawinan,imamat,dan sakramen pengurapan orang sakit. Ketujuh
sakramen ini memiliki makna yang sangat besar dalam agam Katolik,yaitu :
·
Sakramen
permandian,bermakna disahkan seseorang itu sebagai orang katolik melalui
upacara pembasuhan.
·
Sakramen
tobat,bermakna permohonan ampun atas segala dosa yang diperbuat seseorang,baik
dosa asal maupun dosa pribadi.
·
Sakramen
komuni suci,bermakna seseorang telah siap untuk menerima tubuh dan darah
Kristus(komuni) sebagai orang katolik sejati. Di Manggarai,sakramen ini sering
dijadikan sebuah acara bersama(pesta) sebagai bentuk apresiasi masyarakat
kepada seorang anak karena telah dinyatakan sudah bisa menerima tubuh dan darah
Kristus,namun,ini sempat menimbulkan pro dan kontra di antara kalangan
masyarakat dengan keuskupan.
·
Sakramen
krisma,bermakna seseorang telah diberikan Roh kudus oleh Tuhan,sebagai tanda
siapnya seorang katolik menjalani ajaran-ajaran Kristus dan menerapkanya dalam
kehidupanya sehari-hari dengan bantuan Roh Kudus itu sendiri.
·
Sakramen
perkawinan,bermakna bersatunya seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami
istri yang sah dihadapan Tuhan,dan siap menjalani rumah tangga mereka dalam
nama Tuhan.
·
Sakramen
Imamat,bermakna diutusnya seseorang sebagai seorang pengabdi yang penuh kepada
Tuhan tanpa membawa hal-hal yang sifatnya duniawi,dalam hal ini,melepaskan diri
dari keluarga,siap kemana saja tanpa memikirkan kehidupan keluarganya,dan siap
tidak berumah tangga. Sakramen ini hanya diberikan pada seseorang yang ingin
menjadi imam atau Romo.
·
Sakramen
pengurapan orang sakit.bermakna diurapnya seseorang yang sedang sakit keras
atau telah sekarat sebagai tanda siapnya dia menghadap sang Tuhan.
Ketujuh sakramen diatas dapat
dikatakan sebagai syarat seseorang menjadi seorang katolik. Di
Manggarai,ketujuh sakramen ini wajib dilaksanakan oleh semua orang
katolik,sehingga ada beberapa sakramen yang harus disertai dengan surat
keterangan sebagai tanda bukti ia telah menjalani sakramen permandian,yaitu
permandian,komuni suci,krisma,dan perkawinan. Tak jarang pula diadakan pesta
besar yang disebut sebagai budaya oleh masyarakat Manggarai. Maka,tidak heran,kalau
setelah komuni suci,terdapat banyak pesta. Inilah perilaku yang lazim dilakukan
oleh orang Manggarai dalam menjalani Agamanya sebagai tanda persatuan antar
umat katolik di Manggarai.
B.
Kepercayaan
Animisme di Manggarai
Selain beragama katolik,masyarakat
Manggarai memiliki kepercayaan yaitu menyembah kepada roh-roh nenek moyang dan
mempercayai bahwa setiap benda memiliki roh. Jauh sebelum masuknya agama
katolik di Manggarai,kepercayaan ini telah ada dari zaman nenek moyang sehingga
kepercayaan ini merupakan suatu akar yang sangat kuat di dalam masyarakat
Manggarai. Banyak sekali perilaku yang dilakukan masyarakat Manggarai dalam
menjalani kepercayaan ini,seperti memberikan makan kepada nenek moyang melalui
seekor ayam kampung sebagai lambang sang nenek moyang,juga upacara-upacara yang
sangat sacral yang tentu harus dijalani setiap orang Manggarai. Tak heran juga
jika di Manggarai ditemukan susunan batu yang berbentuk bulat yang mengelilingi
sebuah batu lempeng sebagai mesbah persembahan yang disebut dengan compang. Compang ini sering dijumpai di
halaman rumah adat atau disebut mbaru
gendang dan halaman rumah disebut dengan natas. Setiap tahunnya,pasti diadakan acara penti sebagai wujud rasa syukur kepada mori jari dedek atau Tuhan Allah. Tentu dari sini,dapat disimpulkan
bahwa agama dan kepercayaan di Manggarai memiliki tujuan yang sama,yaitu
menyembah kepada satu Tuhan. Namun,memiliki perbedaan dari segi
perilakunya,sehingga efek yang ditimbulkan akan sangat berbeda.
.
C.
Efek berperilaku
negatif terhadap agama Katolik di Manggarai
Kehidupan beragama dalam kehidupan
manusia merupakan suatu aspek yang tidak bisa ditawar dalam menjalankan
hidupnya. Tentu semua orang menginginkan sebuah keselamatan dan itu dapat
ditemukan dalam hidup beragama. Demikian pula yang dilakukan masyarakat
Manggarai pada umumnya,memiliki kebiasaan hidup beragama yang cukup baik,namun
ada sebagian orang tidak menjalani
agamanya dengan baik. Dapat diistilahkan dengan” Katolik KTP”yaitu menjadikan
agama hanya sebuah status. Inilah yang disebut dengan perilaku negatif dalam
beragama.
Tentunya,agama memiliki hubungan
dengan kerohanian seseorang,sehingga jika ia melakukan sesuatu yang melanggar
ajaran agamanya,pasti akan mengalami sesuatu yang tidak biasa pada
jiwanya,seperti ketidaktenangan batin,merasakan beban yang berat sehingga
sering menimbulkan stress yang berlebihan,juga terkadang karena kurangnya
iman,ada orang yang mengalami halusinasi yang menyebabkan dia seperti orang
gila. Sebaliknya,banyak juga yang berperilaku positif seperti menjalani
rutinitas sebagai umat katolik dengan baik,dan efeknya yaitu mengalami
ketenangan batin yang baik dan mendapatkan banyak rezeki. Tentunya,efek-efek
ini telah dialami oleh sebagian umat katolik Manggarai,didukung oleh
fakta-fakta yang ditemukan penulis sendiri serta wawancara telekomunikatif
dengan orang-orang yang berpengalaman. Sehingga, dapat disimpulkan,bahwa
efek-efek berperilaku dalam beragama katolik di Manggarai tersebut sebagian
besar tidak langsung berpengaruh pada keadaan fisik,namun,akan sangat dirasakan
pada keadaan rohaniah si pelaku.
D.
Efek beperilaku
negatif terhadap kepercayaan animisme di Manggarai
Walaupun beragama Katolik,masyarakat
Manggarai masih memiliki kepercayaan yang mengakar kuat dalam kebudayaan
masyarakat Manggarai. Kepercayaan ini adalah Animisme yaitu menyembah kepada
roh-roh dan mempercayai bahwa semua benda memiliki roh sehingga harus
dihormati.
Jauh sebelum
agama Katolik muncul di Manggarai,kepercayaan animisme telah lebih dulu menjadi
agama yang dijalankan orang Manggarai bahkan hingga sekarang. Kepercayaan ini
merupakan sebuah warisan yang sangat sacral dari para nenek moyang sebagai
warisan budaya daerah yang besar sekali nilainya. Tentu dalam kepercayaan ini
banyak sekali perilaku yang harus dijalankan oleh setiap orang Manggarai.
Upacara-upacara
yang begitu sacral,tentunya sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat
Manggarai,bahkan memiliki filsafat tingkat kehidupan seorang manusia yang
disebut lampek lima,yaitu mbaru bate
kaeng ( rumah tempat kita dilahirkan),natas
bate labar ( tempat kita memulai kehidupan social ),wae bate teku ( dimana seseorang wajib
membantu orang tuanya dan sudah siap menimba ilmu ),uma bate duat ( dimana mulai bekerja untuk bertahan hidup ),boa ( kuburan,seseorang telah
menghembuskan nafas terakhirnya ).
Lima tahap prosesi hidup seorang
manusia sejak lahir hingga mati inilah
yang disebut sebagai lima lampek. Dalam perjalanannya, terdapat sumpah lampek
telu, lampet pat, dan seterusnya. Sumpah yang diberikan kepada seseorang yang
melanggar adat atau meyakini orangtua oleh karena ulah anak-anaknya justru akan
nampak pada saat kritis. Saat kritis ini dimaksudkan karena pelanggaran
seseorang ada batasnya. Pelanggaran tahap pertama, diampuni. Pelanggaran tahap
kedua, diberi teguran berupa denda dan akhirnya orangtua mengampuni kesalahan
anaknya. Pelanggaran ketiga, berarti seseorang telah melanggar lampek telu atau
tiga tingkat kesalahan. Pada tahap ini seorang pelanggar diberi tanda khusus
dalam ritus adat. Tujuannya supaya jangan sampai melanggar yang keempat kalinya
pada hal yang sama. Apabila seseorang melanggar lagi, maka lahirlah sumpah adat. E…. anak. Lampek pat de hau ite e. kalau sudah ada pernyataan
tersebut berarti akibatnya ialah ketek manuk miteng (potong ayam hitam). Akibat
dari pernyataan sumpah ini, manusia yang melanggar adat itu pasti mati.
Kematian merupakan sebuah fenomena yang
menakutkan bagi semua orang. Sehingga pada umumnya kesaksian itu membuat orang
Manggarai takut terhadap adat dan segala ritusnya. Perang tanding merupakan
salah satu bentuk sumpah adat orang Manggarai yang masih nampak oleh generasi
muda zaman ini. Kebenaran akan teruji disana saat seseorang akan melakukan
perang tanding seperti yang terjadi di sebuah desa beberapa tahun lalu,di desa
Cireng,kecamatan Ruteng,Kabupaten Manggarai. Kebanyakan perang tanding itu
disebabkan oleh perebutan tanah warisan antara adik kakak,sehingga setiap orang
berpersepsi bahwa dia mati terhormat demi tanah warisannya. Dan dia pun telah sampai pada lampek yang kelima
yaitu BOA atau kematian. Jadi, akar
budaya orang Manggarai sebenarnya ialah Lima Lampek.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
efek-efek berperilaku negatif dan berperilaku positif dalam budaya Manggarai
akan langsung bepengaruh pada keadaan fisik,tidak pada keadaan rohaniah
seseorang,sehinggga kepercayaan orang Manggarai tentu sangat penting dijalankan
oleh setiap orang Manggarai.
E. perbandingan
efek berperilaku negatif dalam beragama katolik atau berkepercayaan animisme
Agama katolik dan kepercayaan Animisme orang Manggarai tentu
memiliki kesamaan tujuan yaitu menyembah dan percaya kepada satu Tuhan,namun
terdapat banyak perbedaan dari segi berperilaku serta efek yang ditimbulkan
baik positif,maupun negatif. Dapat dikatakan bahwa secara keagamaan,permohonan
seseorang dapat langsung disampaikan kepada Tuhan melalui kontak batin antara
sang pencipta dengan sang pemohon melalui ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh
Tuhan Yesus Kristus sendiri. Sedangkan secara berkepercayaan,orang memohon
kepada Tuhan,lewat perantaran roh para nenek moyang,sehingga banyak sekali
upacara-upacara sacral yang dijalankan.
Dari perilaku penyembahan yang berbeda,maka berbeda pula
efek yang ditimbulkan jika dia melakukan yang benar maupun yang salah.
Tentunya,efek dalam beperilaku positif antara agama dan kepercayaan tersebut
memiliki sedikit kesamaan yaitu memperoleh banyak rezeki,kenyamanan dalam
kehidupan sehari-hari,serta perlindungan dari Tuhan. Namun,efek positif dalam
kepercayaan sering dirasakan lebih konkrit bila dibandingkan dengan efek
positif dalam beragama. Sedangkan,efek negatif dalam beragama katolik dan
berkepercayaan animisme dapat dilihat dari keadaan rohaniah dan keadaan
jasmaniah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
diatas,dapat disimpulkan bahwa Masyarakat Manggarai memiliki agama,yaitu agama
Katolik,dan sebuah kepercayaan kuno,yaitu Animisme. 90% masyarakat Manggarai
memeluk agama Kristen Katolik sehingga Manggarai dapat disebut sebagai “serambi
vatikan”. Masyarakat Manggarai memiliki perilaku keagamaan yang sama persis
dengan perilaku keagamaan Katolik lainya,namun terdapat sedikit perbedaan yang
dipengaruhi oleh budaya setempat. Masyarakat Manggarai menjalani perilaku
keagamaan seperti menjalankan ketujuh sakramen dengan baik dan menjalankan kehidupan
beragama dengan cukup baik pula.
Kepercayaan animisme
di Manggarai telah ada jauh sebelum masuknya agama katolik dari zaman
kerajaan-kerajaan terdahulu di Manggarai. Banyak sekali perilaku-perilaku yang
harus dilakukan seperti menjalankan upacara-upacara persembahan kepada nenek
moyang sebagai bentuk penghormatan kepada Mori Jari Dedek(Tuhan Allah).
Jadi,tujuan agama dan tujuan kepercayaan itu sama,yaitu menyembah Satu Tuhan.
Namun,perilaku-perilaku yang dijalankan berbeda pula. Perbedaan perilaku ini
pula yang menyebabkan efek atau pengaruh dalam berperilaku positif dan
berperilaku negatif berbeda. Dalam beragama Katolik,dituntut untuk menjalankan
agamanya dengan kekuatan batin yang kuat dalam berhubungan langsung dengan
Tuhan. Sehingga,jika melakukan sesuatu yang menyimpang,maka efek yang
berpengaruh akan terjadi dalam keadaan batin seseorang.
Dalam menjalankan
kepercayaan atau adat,seseorang dituntut untuk wajib menjalankan
upacara-upacara penyembahan kepada para nenek moyang yang dikatakan sebagai juru
bicara keluarga kepada Tuhan. Jika melakukan sesuatu yang menyimpang,tentu akan
langsung berpengaruh pada kehidupan sehari-hari atau bahkan langsung pada
keadaan fisik. Tentu ini sangat menakutkan bagi setiap orang Manggarai
sehingga,para tokoh-tokoh masyarakat,tidak jarang memberikan himbauan sebelum
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Tentunya,perbandingan
efek negatif perilaku agama Katolik maupun kepercayaan Animisme di
Manggarai,dapat dilihat dari keadaan batin dan fisik seseorang. Dalam kehidupan
orang Manggarai,kenyataan yang lebih menonjol terjadi yaitu efek terhadap
perilaku berkepercayaan. Ini sangat ditakuti oleh orang Manggarai,karena tak
sedikit orang meninggal karena gejala aneh,yang disebut-sebut sebagai efek yang
ditimbulkan karena tidak menjalankan upacara penyembahan,ada pula yang sakit
keras,namun setelah dihimbau untuk menjalankan suatu upacara seperti melepaskan
sifat buruk terhadap budaya atau kepercayaan,dapat hidup normal kembali
setelahnya. Ini membuktikan kuatnya kekuatan roh para nenek moyang dalam
berhubungan dengan Tuhan. Namun,tentunya,semua itu tidak akan terjadi jika
seseorang taat dalam menjalankan perilaku beragama maupun berkepercayaan.
Hubungan antara agama dan kepercayaan di Manggarai dapat dikatakan cukup
harmonis,namun,tak jarang terjadi konflik antara gereja dan para ketua
adat,akibat perbedaan anggapan,seperti pernikahan antara anak perempuan kakak
dengan anak laki-laki adik perempuan dalam satu garis keturunan. Hal ini
dianggap legal oleh adat,namun tidak oleh gereja. Masalah ini belum menemukan
titik terangnya hingga sekarang. Tetapi,terlepas dari masalah itu orang
Manggarai tetap menjalankan keduanya dengan baik
B.
Saran
Dalam kehidupan
manusia,sangat pasti seseorang ingin mencari keselamatan maupun kenyamanan
dalam hidupnya. Inilah tujuan seseorang beragama maupun berkepercayaan.
Tentunya dalam dua hal ini banyak perilaku-perilaku yang wajib dijalankan
seseorang untuk mencapai tujuannya dalam mencapai kehidupan yang
damai,namun,memiliki konsekuensi yang serius jika tidak melakukan
perilaku-perilaku tersebut.
Untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan,disarankan,khususnya orang Manggarai untuk
menjalankan perilaku-perilaku dalam beragama maupun berkepercayaan sebagai
bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kepada Tuhan atau para nenek moyang.
Seperti ke gereja setiap hari minggu,tekun berdoa kepada Tuhan. Dalam
berkepercayaan,melakukan ritual pemotongan ayam atau pande manuk sebagai rasa
syukur terima kasih atas kebahagiaan atau rezeki yang telah didapatkan.
Disarankan pula
kepada para orang tua agar tidak lupa untuk mengajarkan semua nilai budaya
maupun agam kepada anaknya sebagai generasi penerus keluarga agar kebudayaan
itu tidak mati,terutama agar si anak tidak mengalami sesuatu yang tidak
diinginkan akibat tidak melakukan kegiatan agama maupun kepercayaan. Agar dapat
lebih memahami,kita dapat langsung mengunjung rumah kerucut adat Manggarai yang
masih asri berbau animisme di Wae rebo,kecamatan Satarmese,Kabupaten Manggarai.
Gambar gereja katedral Manggarai di Kota
Ruteng,Kab.Manggarai dan rumah adat Manggarai di Wae
Rebo,kec.Satarmese,Kab.Manggarai.
DAFTAR PUSTAKA
Dagur,
Antony Bagul. Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu Khasanah
Kebudayaan Nasional. Surabaya: Ubhara Press, 1997.
Hemo, Doroteus. Sejarah Daerah Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Ruteng:--
-,1988.
Kusumohamidjojo, Budiono. Filsafat Kebudayaan; Proses Realisasi Manusia. Bandung:
Jalasutra, 2009.
Sudhiarsa, Raimundus I Made. Diktat Antropologi Dan Konstruksi Kebudayaan Nasional
Indonesia. Malang: STFT Widya Sasana Malang, 2007.
Verheijen, Jilis A. J., Manggarai dan Wujud Tertinggi. Jakarta: LIPI-RUL, 1991.
Kebudayaan Nasional. Surabaya: Ubhara Press, 1997.
Hemo, Doroteus. Sejarah Daerah Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Ruteng:--
-,1988.
Kusumohamidjojo, Budiono. Filsafat Kebudayaan; Proses Realisasi Manusia. Bandung:
Jalasutra, 2009.
Sudhiarsa, Raimundus I Made. Diktat Antropologi Dan Konstruksi Kebudayaan Nasional
Indonesia. Malang: STFT Widya Sasana Malang, 2007.
Verheijen, Jilis A. J., Manggarai dan Wujud Tertinggi. Jakarta: LIPI-RUL, 1991.
Todda, Dami
Nggoro. Kebudayaan Manggarai selayang pandang, nusa indah maumere: 2007
: